Achmad mengungkapkan, penurunan produksi disebabkan oleh tingginya curah hujan di kedua area tambang milik perseoran, yang berlokasi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Sementara itu, terkait tren harga batu bara ke depan, perseroan optimistis bahwa tren harga hingga akhir tahun 2022 masih cemerlang, yakni berkisar USD123 hingga USD140 per ton. Dengan rincian, harga batu bara dari KPC diproyeksi sebesar USD140 hingga USD160 per ton, dan Arutmin sebesar USD80 hingga USD100 per ton.
Adapun, biaya produksi perseroan hingga akhir tahun diproyeksi mencapai USD41 hingga USD46 per ton. Di mana, hingga September 2022 biaya produksi perseroan tercatat sebesar USD45,5 per ton.