"UU ‘One Big Beautiful Bill’ (OBBBA) dan perkembangan dagang juga berpotensi melemahkan dolar AS jika menurunkan kepercayaan investor terhadap perekonomian AS," katanya.
Fokus investor dalam beberapa hari terakhir beralih ke perkembangan RUU besar yang diajukan Trump, yang mencakup pemotongan pajak dan peningkatan belanja. RUU ini diperkirakan menambah utang nasional sebesar USD3,3 triliun. Setelah disetujui Senat dengan selisih tipis, RUU kini menuju ke DPR AS untuk mendapatkan persetujuan akhir.
Meski RUU tersebut memicu kekhawatiran fiskal, reaksi pasar tetap relatif tenang. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun stabil di level 4,245 persen, setelah sempat menyentuh posisi terendah dalam dua bulan pada sesi sebelumnya.
Kepala Strategi Makro Asia di BNY Investment Institute, Aninda Mitra, menyatakan, RUU tersebut akan “mengunci” tren memburuknya posisi fiskal dan jalur utang pemerintah AS.
"Dampak jangka pendeknya kemungkinan sudah tercermin di harga, namun ketidakpastian ini bisa membuat premi jangka panjang tetap tinggi. Kami tidak memperkirakan imbal hasil jangka panjang turun secara signifikan dalam 6 hingga 12 bulan ke depan," ujarnya.