IDXChannel - Bursa saham Asia dibuka menguat pada perdagangan Selasa (14/11/2023).
Di Jepang, indeks Nikkei 225 melanjutkan kenaikan 0,63 persen, sementara indeks TOPIX naik 0,55 persen pada pukul 09.08 WIB. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga dibuka menguat 0,42 persen pada 09.00 WIB.
Di pasar China, Indeks Shanghai Composite naik 0,12 persen. Indeks Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,02 persen. Indeks ASX 200 di bursa Australia menguat 0,67 persen. Sedangkan, indeks KOSPI di Korea Selatan menguat paling tebal 1,43 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Semalam, bursa Wall Street ditutup mixed dengan penurunan yang dialami S&P 500 Index. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 54,77 poin, atau 0,16 persen, menjadi 34.337,87.
Sementara, S&P 500 harus kehilangan 3,69 poin, atau turun 0,08 persen, menjadi 4.411 dan Nasdaq Composite turun 30,91 poin, atau 0,22 persen menjadi 13.767.
Pasar kini tengah menanti data inflasi negeri Paman Sam yang akan rilis pada hari ini. Federal Reserve Bank of New York merilis ekspektasi inflasi konsumen AS untuk tahun depan turun menjadi 3,6 persen pada Oktober 2023 dari 3,7 persen pada bulan September.
Di Jepang, yen kembali terpukul dan masih terjebak di dekat level terendah dalam tiga dekade terhadap dolar per Selasa (14/11). Yen masih berjuang karena tertekan kebijakan moneter ultra-longgar Bank of Japan (BOJ) tetap bertentangan dengan prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama di negara lain.
Mata uang Jepang juga merosot ke level terendah dalam 15 tahun di 162,38 per euro di awal perdagangan Asia dan merosot ke level terendah dalam tiga bulan di 186,25 per pound Inggris.
Terhadap dolar, yen terakhir berada di 151,72, mendekati level terendah satu tahun di 151,92 yang dicapai pada Senin (13/11). Jika level resisten ini terlewati, maka yen akan mencapai level terendah baru dalam 33 tahun terakhir.
Meskipun BOJ sudah berhati-hati untuk menghapuskan kebijakan pengendalian kurva imbal hasil (yield curve control/YCC) dan mengisyaratkan akan segera mengakhiri suku bunga negatif, namun tidak banyak membantu menopang yen.
Hal ini terutama karena bank sentral secara global mempertahankan retorika hawkish mereka dengan tingkat suku bunga tinggi kemungkinan akan bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama.
Di China, bank-bank negeri Tirai Bambu dilaporkan memberikan pinjaman yuan baru sebesar CNY 738,4 miliar sepanjang Oktober 2023 yang merupakan angka paling sedikit dalam tiga bulan, dibandingkan dengan CNY 2310 miliar pada September lalu.
Jumlah pinjaman biasanya turun pada Oktober karena faktor musiman, namun angka tahun ini melebihi tahun 2022 sebesar CNY 615,2 miliar dan di atas perkiraan sebesar CNY 665 miliar.
Pinjaman rumah tangga, termasuk hipotek, mengalami kontraksi sebesar CNY 34,6 miliar setelah naik CNY 858,5 miliar pada September. Pinjaman korporasi turun menjadi CNY 516,3 miliar dari CNY 1,68 triliun.
Sementara itu, pinjaman dalam yuan tumbuh 10,9 perseb dari tahun ke tahun (yoy), sama dengan September dan sesuai ekspektasi.
Jumlah uang beredar M2 tumbuh 10,3 persen dari tahun sebelumnya, juga sama dengan bulan sebelumnya dan perkiraan pasar.
Sebelumnya, pasar sempat dikhawatirkan oleh Moody's yang menetapkan peringkat kredit AS pada level Aaa dengan prospek negatif.
Sementara, Standard & Poor's memberikan peringkat untuk AS yang berada pada level AA+ dengan prospek stabil. Juga peringkat kredit yang dikeluarkan oleh Fitch untuk AS terakhir dilaporkan pada AA+ dengan prospek stabil.
Lebih lanjut, peringkat kredit DBRS untuk AS terakhir dilaporkan pada level AAA dengan prospek stabil.
Secara umum, peringkat kredit digunakan untuk mengukur kelayakan kredit AS sehingga berdampak besar pada biaya pinjaman negara tersebut. (ADF)