“CBUT melakukan perbaikan serta inovasi pada pabrik untuk menunjang efektivitas dan efisiensi dan penambahan lini produksi baru bottling atau kemasan untuk komersial,” kata Rorry dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (13/5).
Di sisi lain, Rorry menyoroti ketidakpastian pasar yang disebabkan oleh perang dagang, yang diperkirakan terus memberikan tekanan terhadap harga. Kendati demikian, keberlanjutan program biodiesel domestik akan memberikan dukungan positif terhadap stabilitas harga.
“Program ini berperan penting dalam menyerap pasokan minyak kelapa sawit di pasar dalam negeri,” kata Rorry.
Lebih lanjut, dia juga melihat meningkatnya permintaan dari negara-negara tujuan utama akan memberikan dukungan terhadap kestabilan dan penguatan harga. Penurunan harga minyak kelapa sawit baru-baru ini dinilainya menjaga daya saingnya dibandingkan dengan minyak nabati utama lainnya.
Pada tiga bulan pertama, CBUT mengantongi laba bersih sebesar Rp41,2 miliar atau naik 28,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2024 sebesar Rp32 miliar. Dengan demikian, laba bersih per saham setara dengan Rp13,29.
(Rahmat Fiansyah)