Kondisi tersebut, kata Febriany, menimbulkan tekanan finansial ganda bagi Garuda. Pesawat yang tidak beroperasi tidak menghasilkan pendapatan, sementara biaya sewa dan berbagai biaya tetap lainnya terus berjalan.
"Jadi setiap hari kita men-delay (menunda), maka semakin besar lubang yang harus ditutup. Jadi ini menjadi tahap satu prioritas, banget-banget adalah segera diberikan untuk bisa melakukan maintenance yang dibutuhkan sehingga pesawat Garuda bisa terbang lagi," ujar Mantan Presdir PT Vale Indonesia Tbk (INCO) itu.
(Rahmat Fiansyah)