Menurutnya, dua strategi ini bisa dikombinasikan, dimana terutama yang dilihat terkait dengan momentum. Dia mencontohkan saat tahun 2020 dimana market mengalami koreksi besar-besaran dan IHSG sempat drop sampai 40 persen lebih.
"Nah disitu mungkin bagi investor yang agresif dia bisa aja langsung beli saham atau reksa dana dengan lump sum besar-besaran karena market nanti akan rebound setelah itu," kata dia.
Tirta menambahkan, dalam berinvestasi reksa dana, investor harus menyesuaikan risiko memilih manajer investasi dengan melihat track record dan dana kelola yang dimiliki. Selain itu memperhatikan fundamental reksa dana yang dipilih juga menjadi hal yang penting. (NDA)
Baca Juga: