Dia menjelaskan, dengan mencermati kemungkinan dari kebijakan Federal Reserve (the Fed) dan indeks nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terhadap mata uang utama (DXY), BI tidak diam. Bank sentral, kata dia, selalu berinovasi dengan menghadirkan instrumen baru yang lebih tahan banting dalam menghadapi kondisi di bawah tekanan.
"Artinya, ketika melihat kecenderungan outflow, kita perlu intrumen yang bisa menerik inflow dan mengembangkan pasar uang kita, sehingga terakhir BI meluncurkan SRBI," ucap Denny.
Pada 21 November 2023, BI juga akan meluncurkan dua instrumen baru, yakni Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). Tujuannya, untuk meningkatkan supply and demand valas guna mendukung pendalaman pasar keuangan yang akan menarik capital inflow dan mendukung stabilitas nilai tukar.
(RNA)