sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Dihantui Ancaman Resesi, Harga Minyak Brent Turun 0,54 Persen

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
20/06/2022 09:52 WIB
Harga minyak mentah mengalami koreksi pada perdagangan awal pekan, dimana minyak brent kontrak Agustus 2022 keok 0,54% di USD112,51 per barel.
Dihantui Ancaman Resesi, Harga Minyak Brent Turun 0,54 Persen (Dok.MNC)
Dihantui Ancaman Resesi, Harga Minyak Brent Turun 0,54 Persen (Dok.MNC)

IDXChannel - Harga minyak mentah mengalami koreksi pada perdagangan awal pekan di sesi Asia, Senin (20/6/2022).

Data bursa ICE mencatat minyak brent kontrak Agustus 2022 keok 0,54% di USD112,51 per barel. Sedangkan brent September 2022 turun 0,55% di USD109,78 per barel.

Sementara itu minyak West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) Juli 2022 koreksi 0,51% di USD109,00 per barel, sementara kontrak Agustus 2022 merosot 0,40% di USD107,55 per barel.

Analis menilai pasokan minyak yang ketat masih mengkhawatirkan pasar di tengah ancaman resesi global yang dinilai dapat mengurangi permintaan.

"Selain itu, secara fundamental pasar minyak juga masih ketat di tengah perlambatan produksi Rusia," kata Analis ANZ dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Senin (20/6/2022).

Produksi minyak Rusia dinilai masih berada di luar jangkauan permintaan sebagian besar pasar global, akibat adanya sanksi Barat.

Dampak tersebut sebelumnya telah dimitigasi dengan strategi pelepasan cadangan minyak strategis, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, serta peningkatan produksi dari negara-negara pengekspor minyak bumi dan mitranya (OPEC+), meskipun hal itu dinilai masih belum mampu mengatasi masalah pasokan lebih lanjut.

"Jika Washington tetap dalam kebijakannya saat ini, cadangan strategis AS akan mencapai level terendah selama 40 tahun mecapai 358 juta barel pada Oktober mendatang," kata ANZ.

Di tengah keraguan analis, produksi minyak dan gas AS justru dilaporkan meningkat.

Data perusahaan jasa energi Baker Hughes Co melaporkan jumlah rig minyak dan gas, sebuah indikator awal untul melihat produksi di masa depan, naik sebanyak tujuh unit menjadi 740 per 17 Juni, tertinggi sejak Maret 2020.

Di Libya, produksi minyak tetap masih bergejolak menyusul krisis politik domestik. Menteri perminyakan Libya Mohamed Oun mengatakan bahwa total produksi negara itu sekitar 700.000 barel per hari (bph). Pekan lalu, produksi minyak Libya berada pada 100.000-150.000 barel per hari. 

Halaman : 1 2
Berita Rekomendasi

Berita Terkait
Advertisement
Advertisement