"Kita sudah menghadapi potensi baru di Indonesia yakni migas non konvensional yang cadangannya cukup besar dan sudah dilirik investor dari luar negeri," tutur Dwi.
Menurut Dwi, pengembangan migas non konvensional sudah tidak bisa lagi mengacu pada fiscal terms yang saat ini diperuntukkan untuk pengembangan migas konvensional.
"Sehingga perlu adanya perbaikan sehingga ekonomis untuk dikembangkan. Karena sudah jauh berbeda nah ini harus diantisipasi kalau ada payung hukumnya jadi besar," ungkap Dwi.
Ditambahkan Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Mohammad Kemal, bahwa potensi paling besar saat ini untuk migas non konvensional ada di Sumatera Tengah. Selain itu ada juga di Sumatera Utara dan Kalimantan Timur, namun dengan kapasitas yang masih kecil-kecil.
"Kalau MNK fokusnya masih di WK Rokan. Kalau MNK ini kita menargetkan kitchen-nya itu. Rokan ini kan produksi paling gede jadi kita percaya kitchen pasti besar juga dong dan itu belum diproduksikan, maka kita percaya itu besar,” ujar Kemal. (TSA)