Menurut Naidoo, secara keseluruhan kesepakatan tersebut mewakili investasi sebesar USD8,6 miliar, atau sekitar Rp133,77 triliun, untuk Indonesia.
Naidoo menyebut bahwa Indonesia dan INCO akan tetap menjadi pendorong penting bagi pertumbuhan produksi nikel global VBM, yang berpotensi meningkat hingga lebih dari 300 kt/tahun, dari sekitar 175 kt/tahun saat ini.
Pemerintah Indonesia pun belum pernah menyampaikan mengenai perpindahan pemegang saham pengendali di Vale Indonesia, setelah Head of Aggrement ditandatangani.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, baru menyoroti mengenai harga saham dari saham Vale Indonesia yang dinilai telalu mahal.
"Tentu kendalanya sama, kami merasa valuasinya ketinggian," ujar Erick, dalam kesempatan terpisah.
Menurut Erick, Salah satu opsi apabila valuasi INCO kemahalan adalah mengembalikan kembali sebagian lahan Vale Indonesia kepada negara, sebagai ganti rugi terhadap valuasi harga saham yang harus dibayarkan MIND ID kepada INCO.