Namun demikian, analis dan pedagang tetap optimis tentang pemulihan permintaan bahan bakar China menjelang paruh kedua 2023 dan karena pemotongan pasokan tambahan yang direncanakan oleh OPEC+, yakni Organisasi Negara Pengekspor Minyak, termasuk Rusia- mulai Mei sehingga dapat memperketat pasar.
Pemulihan permintaan minyak China diharapkan lebih dari sekadar mengimbangi perlambatan permintaan OECD dalam waktu dekat, sementara sanksi dan kendala pasokan menambah risiko kenaikan harga, kata analis di National Australia Bank.
Dia memproyeksikan, minyak Brent dapat naik menjadi USD92 per barel oleh akhir kuartal kedua.
Sementara Perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan, di Amerika Serikat, perusahaan energi minggu lalu menambahkan rig minyak dan gas alam untuk pertama kalinya dalam empat minggu.
(Penulis: Rissa Sugiarti/Magang)
(FAY)