"Bank Sentral memiliki dukungan penuh dan final dari kami dalam mengendalikan inflasi," ujar Kwarteng, sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (9/9/2022).
Komentar tersebut muncul saat poundsterling kembali jatuh satu persen menjadi USD1,1406, sekaligus menjadi level terendah dalam 37 tahun terakhir.
Meski penguatan dolar AS tidak hanya terjadi terhadap poundsterling namun juga pada beragam mata uang lain, sejumlah pakar ekonomi tetap menyebut bahwa Inggris berada dalam tekanan seiring inflasi yang tidak terkendali, sehingga memunculkan potensi resesi. (TSA)
Penulis: Nur Pahdilah