"Sementara belanja operasional naik sebesar 2,9 persen sehingga makin menekan lebih lanjut kinerja bottom-line," kata Raka.
GGRM menaikkan harga jual rata-rata sebesar 0,4 persen di kuartal II dan HMSP sebesar 2,3 persen. Kenaikan tipis harga ini bahkan tak cukup untuk menahan laju penurunan penjualan. HMSP mencatat volume penjualan turun 2,7 persen sementara GGRM turun 14,5 persen di tengah penurunan volume penjualan rokok secara nasional sebesar 7,2 persen menjadi 106,1 miliar batang.
Raka mencatat, target penerimaan cukai dalam RAPBN 2025 sebesar Rp244 triliun, naik 5,9 persen dibandingkan outlook APBN 2024 yang sebesar Rp230 triliun. Dengan kenaikan ini, dia memperkirakan potensi kenaikan tarif cukai masih ada, terutama untuk segmen SPM dan SKM.
"Kami melihat skenario kenaikan cukai pada 2025 dan 2026 yakni SPM 5 persen, SKM 5 persen, dan SKT 0 persen. Kami yakin tarif cukai ini akan makin menekan profitabilitas ke depan," kata Raka.
Atas alasan itu, Raka pun menurunkan rating sektor rokok menjadi NEUTRAL sambil menunggu soal kepastian cukai rokok. Dia menetapkan status HOLD untuk saham HMSP dengan target harga Rp800 sementara GGRM SELL dengan target harga Rp14.100.
(Rahmat Fiansyah)