sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Empat Saham Bank Big Cap Pesta, BBRI Melesat 4,4 Persen

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
15/11/2023 11:25 WIB
Saham emiten bank big cap kompak melonjak selama perdagangan sesi I, Rabu (15/11/2023) seiring kabar positif dari Amerika Serikat (AS)
Empat Saham Bank Big Cap Pesta, BBRI Melesat 4,4 Persen. (Foto: MNC Media)
Empat Saham Bank Big Cap Pesta, BBRI Melesat 4,4 Persen. (Foto: MNC Media)

IDXChannelSaham emiten bank big cap kompak melonjak selama perdagangan sesi I, Rabu (15/11/2023) seiring kabar positif dari Amerika Serikat (AS), berupa reli Wall Street dan turunnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS alias US Treasury.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 11.17 WIB, saham bank BUMN PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melonjak 4,43 persen ke Rp5.300 per saham. Nilai transaksi mencapai Rp575 miliar dan volume perdagangan 110 juta saham.

Dua saham bank pelat merah lainnya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga kompak terapresiasi 2,25 persen dan 1,29 persen.

Tidak ketinggalan, saham bank Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,84 persen.

Penguatan keempatnya turut membantu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melejit 1,56 persen ke 6.968.

Tidak hanya pasar saham RI, dari regional Asia, indeks Nikkei 225 Tokyo terapresiasi 1,97 persen, Hang Seng Hong Kong melompat 2,81 persen, Shanghai Composite naik 0,67 persen, dan Straits Times Singapura mendaki 0,61 persen.

Indeks KOSPI Korea Selatan (Korsel) dan ASX 200 Australia pun ikut melambung, masing-masing 2,08 persen dan 1,41 persen.

Pada Selasa waktu AS atau Rabu dini hari waktu Indonesia, Wall Street reli dan obligasi juga menguat, setelah adanya perlambatan inflasi Negeri Paman Sam yang tidak terduga pada Oktober yang memperkuat spekulasi bahwa siklus kenaikan suku bunga agresif ala bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) telah berakhir.

Indeks Dow Jones terangkat 1,43 persen, S&P 500 menguat 1,91 persen dan Nasdaq yang penuh dengan saham teknologi melejit 2,37 persen.

Yield US Treasury bertenor 10-tahun turun tajam 21 basis points (bps) ke 4,43 persen seiring kabar inflasi AS yang mendingin tersebut. Yield tersebut sempat menembus rekor 5 persen pada 23 Oktober lalu. Yield berkebalikan dengan harga obligasi.

Indeks harga konsumen (IHK) AS per Oktober meningkat 3,2 persen secara tahunan (YoY), menurut laporan inflasi bulanan Biro Statistik Tenaga Kerja.

Angka tersebut turun dari 3,7 persen pada September dan dari level puncak era pandemi Covid sebesar 9,1 persen pada bulan 2022. Namun, masih di atas target The Fed 2 persen.

Sementara, yield Treasury bertenor 2-tahun, yang bergerak seiring dengan ekspektasi suku bunga jangka pendek, turun lebih dari 22 bps ke level 4,84 persen.

“Ini – tentu saja – merupakan kabar baik mengenai inflasi,” Sam Rines, direktur pelaksana di perusahaan riset CORBU di Texas, dikutip Reuters, Rabu (15/11).

"Tetapi pertanyaan yang relevan saat ini adalah: 'Bisakah keadaan menjadi lebih baik?'" imbuhnya.

“Fakta bahwa Fed AS tampaknya sudah selesai dengan [kenaikan] suku bunga dan inflasi untuk saat ini jelas merupakan hal positif untuk semua aset berisiko,” Pooja Malik, partner dan kepala manajemen portofolio di Nipun Capital, mengatakan kepada Bloomberg Television, dikutip dari Bloomberg News, Rabu (15/11).

“Namun, situasinya mungkin tetap bergejolak dalam 12 hingga 18 bulan ke depan,” imbuhnya

Sekarang, pasar, via CME Fedwatch Tool, sekarang menunjukkan peluang 0 persen untuk kenaikan suku bunga tambahan dengan penurunan suku bunga yang dimulai pada Mei 2024.

Sebelum laporan IHK, ada kemungkinan 30 pesen setidaknya satu kali kenaikan suku bunga lagi di masa depan. (ADF)


Disclaimer:
Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement