Biaya melonjak usai merger
Berdasarkan catatan Stockbit, Rabu (27/8/2025), lonjakan beban operasional menjadi faktor utama penekan kinerja EXCL. Di mana beban gaji dan karyawan melonjak 139 persen hingga Rp1,1 triliun pada kuartal II, sementara beban infrastruktur mencapai Rp3 triliun, naik 39 persen.
Selain itu, perseroan juga mencatat biaya integrasi sebesar Rp379 miliar, depresiasi dipercepat Rp739 miliar, serta impairment aset Rp802 miliar terkait frekuensi 900 MHz yang akan dikembalikan pada akhir 2026. Akumulasi beban tersebut menyeret EXCL ke rugi bersih Rp1,6 triliun.
Namun, jika mengesampingkan biaya one-off, EXCL sebenarnya masih mencatat laba setelah pajak ternormalisasi sebesar Rp313 miliar di kuartal II.
Usai rilis laporan keuangan, saham EXCL terkoreksi 6,8 persen ke Rp2.760 per saham pada Rabu (27/8/2025). Stockbit menilai, pelemahan ini disebabkan realisasi biaya integrasi yang lebih besar dari perkiraan pelaku pasar.
“Ke depan, tantangan EXCL masih cukup besar hingga akhir 2025 karena adanya tambahan biaya integrasi dan depresiasi dipercepat terkait frekuensi 900 MHz. Hal ini tercermin dari ekspektasi penurunan margin EBITDA ke level 40-45 persen,” tulis Stockbit.
(DESI ANGRIANI)