Gani mencatat, Filipina merupakan pemasok bijih nikel terbesar kedua di dunia, setelah Indonesia, dengan produksi mencapai 35,14 juta ton pada 2023.
Sebagian besar ekspor bijih nikel negara itu dikirim ke China, yang menjadi pemain utama dalam industri pengolahan dan manufaktur baterai global.
Sebelumnya Kamar Dagang Filipina dan Asosiasi Industri Nikel Filipina mengatakan kebijakan itu akan menyebabkan penutupan tambang dan gangguan besar pada rantai pasokan yang ada, mengingat banyak pertambangan yang memiliki kontrak jangka panjang dengan pembeli internasional.
Langkah Filipina mengikuti jejak Indonesia yang telah lebih dulu menerapkan hal serupa, termasuk pelarangan ekspor bijih nikel pada 2020 dan bijih bauksit pada 2023.
Emiten apa yang Terdampak?
Gani menilai kabar ini dapat memberi sentimen positif bagi emiten bijih nikel seperti PT Central Omega Resources (DKFT) dan PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE).