"Penilaian ini menjadi stimulus yang baik terhadap upaya kami yang sedang melakukan strategi green financing buat ekspansi bisnis dalam mengoptimalkan potensi panas bumi yang ada di negeri ini," ujar Baron, kepada media, Jumat (21/4/2023).
Berdasarkan laporan Moody’s, kepemilikan saham dari Pertamina Group secara tidak langsung hingga 75 persen terhadap PGEO, dinilai menjadi penyokong yang cukup saat perusahaan berada pada tekanan (times of stress).
Untuk profil kredit mandiri Ba1yang disematkan Moody's kepada PGEO dapat mencerminkan positioning perusahaan di tengah persaingan industri, sebagai salah satu produsen listrik panas bumi independen terkemuka di Indonesia.
Dengan posisi arus kas yang stabil, deretan pembangkit yang telah beroperasi, dan didukung oleh perjanjian jual beli listrik (PPA) jangka panjang serta kontrak perjanjian jual beli uap (SSC) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), menjadi poin penguat tersendiri dalam hal keuangan perusahaan.
"Pemberian peringkat juga memperhitungkan rekam jejak operasi PGEO yang yang relatif stabil, dan didukung oleh faktor beban berbobot kapasitas sebesar 84 persen sampai 87 persen sejak 2020 hingga 2022, dibandingkan rata-rata sekitar 85 persen tingkat bayar yang diterima," tulis Moody's dalam keterangan resminya, Selasa (18/4/2023).