IDXChannel - Harga minyak dunia dibayangi ketidakpastian. Setelah menguat selama beberapa waktu, per Jumat (18/2/2022), ini harga minyak dunia turun hingga 2%. Pasar minyak dunia 'terkunci' ketegangan hubungan politik Rusia-Ukraina.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menyebutkan, ketidakpastian harga minyak global ini berpengaruh di sektor hilir migas, yaitu pada anggaran subsidi untuk BBM.
"Kenaikan harga minyak yang diimbangi dengan kenaikan ICP (minyak mentah Indonesia) maka akan menambah beban subsidi bagi sektor energi. Harga listrik dan BBM ini yang akan meningkatkan beban subsidi," ujar Mamit kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (18/2/2022).
Selain itu, lanjut Mamit, harga BBM umum non subsidi juga akan mengalami kenaikan. Perusahaan seperti Pertamina, yang sampai saat ini harga produknya seperti Pertamax belum dinaikan, akan semakin tertekan keuangannya.
"Begitu juga kompensasi untuk Pertalite yang hanya 50% tetap kurang membantu. Harusnya kompensasi yang diberikan 100% bagi Pertalite ini mengingat harganya sudah jauh di bawah keekonomian," ujarnya.
Sayangnya, pemerintah belum bisa melakukan antisipasi harga minyak dunia ini, dalam jangka waktu pendek. Namun dalam jangka panjang, pemerintah bisa mengurangi impor untuk produk energi seperti BBM dan LPG dengan melakukan diversifikasi energi.
"Seperti BBM dengan program RDMP dan GRR yang saat ini sedang dijalankan akan mengurangi impor. Selain itu, populasi EV (kendaraan listrik) juga harus di kembangkan agak semakin banyak," kata Mamit.
Lalu, perlu kebijakan agar EV bisa lebih murah lagi. Pemerintah juga bisa menghidupkan kembali program konversi BBM ke BBG untuk mengurangi impor.
"Untuk LPG, program diversifikasi dengan yang lain harus dilakukan. Penggunaan DME harus dikaji agar lebih murah dan menguntungkan. Program kompor listrik harus di genjot juga," jelasnya.
(IND)