Lalu, melakukan renegosiasi atas tenor pinjaman dan penurunan tingkat bunga sesuai Cash Flow Available for Debt Service (CFADS) atau arus kas tersedia untuk layanan utang.
Kemudian mengurangi potensi loss dengan melepaskan controlling WIKA pada aset-aset non-core, sehingga dapat meminimalisir eksposur kerugian.
"Kami fokus kepada tiga pilar transformasi utama yang akan kami implementasikan di akhir 2025 maupun di 2026," kata dia.
Hingga September 2025, WIKA mencatatkan kontrak baru sebesar Rp6,19 triliun dan penjualan sebesar Rp9,09 triliun. Di mana kontribusi penjualan tersebut mayoritas berasal dari segmen infrastruktur dan gedung sebesar 39 persen, EPCC sebesar 25 persen, industri penunjang konstruksi sebesar 29 persen, serta segmen realty & properti, dan investasi.
(DESI ANGRIANI)