sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Batu Bara Melesat Hampir 7 Persen, karena Apa?

Market news editor Maulina Ulfa
27/02/2024 14:51 WIB
Kontrak berjangka (futures) batu bara Newcastle rebound hingga 6,78 persen di level USD127,5 per ton pada penutupan perdagangan Senin (26/2/2024).
Harga Batu Bara Melesat Hampir 7 Persen, karena Apa? (Foto: Freepik)
Harga Batu Bara Melesat Hampir 7 Persen, karena Apa? (Foto: Freepik)

IDXChannel - Kontrak berjangka (futures) batu bara Newcastle rebound hingga 6,78 persen di level USD127,5 per ton pada penutupan perdagangan Senin (26/2/2024).

Melansir Trading Economics, secara bulanan harga batu bara menguat 9,91 persen dan secara mingguan, harga batu bara menguat 6,61 persen.

Harga batu bara sempat turun menjadi USD115 per ton beberapa waktu lalu dan di level terendah sejak Mei 2021 karena penurunan permintaan. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sebelumnya, impor batu bara termal melalui laut di Asia turun menjadi 77,65 juta metrik ton di bulan Januari, turun 5 persen dari rekor tertinggi di bulan Desember.

Meskipun impor China turun dari puncaknya pada bulan Desember, impor tersebut tetap 34 persen lebih tinggi dibandingkan bulan Januari 2023.

Peningkatan ini didorong oleh permintaan pembangkit listrik tenaga panas di tengah rendahnya produksi pembangkit listrik tenaga air dan keunggulan harga dibandingkan batu bara dalam negeri.

India juga mengalami penurunan impor selama tiga bulan berturut-turut, namun mengalami peningkatan sebesar 27,2 persen dibandingkan Januari 2023.

Sebaliknya, Jepang dan Korea Selatan menunjukkan permintaan yang kuat terhadap batu bara termal.

Diketahui China juga terus menambah kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara guna mencegah krisis energi.

Menurut laporan dari Pengawas Energi Global (GEM) dan Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA), Beijing menyetujui tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 114 gigawatt (GW) sepanjang 2023, naik 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Ekspor Indonesia Menguat

Sementara itu, perkiraan pengiriman batu bara Indonesia untuk bulan Januari dan Februari menunjukkan peningkatan sekitar 24 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.

Indonesia juga memecahkan rekor penjualan batu bara tahun lalu. Pada 2023 secara keseluruhan, ekspor Indonesia mencapai angka tertinggi baru yaitu sebesar 504,6 juta ton. Jika laju ekspor yang pesat sepanjang tahun ini dapat dipertahankan, maka tahun 2024 akan menjadi angka tertinggi baru bagi ekspor emas hitam RI.

Ekspor batu bara termal dan bitumen termal Indonesia – yang digunakan dalam pembangkit listrik – berada pada jalur yang tepat untuk mencapai angka 90 juta metrik ton pada bulan Januari dan Februari, naik 24 persen dibandingkan dua bulan yang sama pada 2023, berdasarkan data penelusuran kapal dari Kpler.

China, India, Korea Selatan, dan Filipina merupakan pasar utama bagi batu bara Indonesia pada tahun ini, masing-masing menyumbang 33 persen, 15 persen, 5,8 persen dan 5,1 persen dari total pengiriman batu bara sejauh ini.

Selain Jepang, pasar-pasar tersebut merupakan lima besar tujuan batubara Indonesia pada tahun 2023. Dari segi volume, 29,4 juta ton yang dikirim ke China hingga bulan Februari hampir 9 persen lebih sedikit dibandingkan yang dikirimkan pada dua bulan pertama 2023.

Namun, data pelacakan kapal Kpler telah menilai lebih dari 21 juta ton kargo batu bara yang telah dimuat atau sedang dimuat namun belum dapat dipastikan tujuan akhirnya pada manifes kapal.

Banyak dari kargo tersebut kemungkinan besar menuju China sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia. Namun angka ini mungkin baru dapat dikonfirmasi setelah liburan Tahun Baru Imlek berakhir.

Pengiriman ke India mencapai 13,5 juta ton hingga bulan Februari 2024, yang merupakan tertinggi sejak tahun 2020.

India mengimpor total 100,85 juta ton batu bara Indonesia pada tahun 2023, dan sejauh ini pada tahun 2024, pengiriman untuk India meningkat sekitar 3,5 persen dibandingkan tahun 2023.

Ekspor ke Korea Selatan, Filipina, Jepang, dan Malaysia semuanya sedikit turun dibandingkan periode yang sama pada 2023. Namun kemungkinan besar volume tersebut akan mengalami revisi naik menjelang akhir bulan setelah manifes kapal diperbarui.

Faktor utama yang mendorong besarnya permintaan batu bara di negara-negara tersebut adalah seberapa baik perekonomian China pulih dari kemerosotan yang terjadi sejak tahun 2022.

Krisis utang yang berkepanjangan di sektor properti China sebelumnya telah menghambat aktivitas di sektor konstruksi dan industri berat negeri tersebut. Namun Beijing diperkirakan akan mengumumkan langkah-langkah stimulus baru pada pertemuan parlemen bulan depan yang bertujuan untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi.

Jika berhasil, aktivitas industri dan penggunaan energi juga akan meningkat di Asia karena pemasok bahan dan produk ke China juga meningkat.

Aktivitas industri dan penggunaan batu bara juga diperkirakan akan meningkat di Vietnam jika pertumbuhan ekonomi China membaik.

Pengiriman batu bara Indonesia dengan tujuan Vietnam diperkirakan akan meningkat hampir 600.000 ton dibandingkan periode Januari-Februari tahun 2023, hingga mencapai rekor 2,15 juta ton.

Vietnam secara keseluruhan mengimpor 17,6 juta ton batu bara pada tahun 2023, sehingga sudah melampaui tingkat impor tertinggi baru pada tahun 2024. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement