Tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC) masih menjadi andalan BUMI dengan produksi batu bara mencapai 25,3 juta ton dengan overburden 218,7 juta bcm (-18 persen) dan stripping ratio 8,6 (-8 persen). Harga batu bara FOB tercatat USD64,9 per ton, turun 20 persen.
Kemudian, tambang PT Arutmin Indonesia yang memproduksi batu bara dengan kualitas lebih rendah memiliki harga batu bara FOB USD52,4 per ton, turun lebih rendah 9 persen. Tambang ini memproduksi 10,6 juta ton batu bara dengan overburden 71,9 juta bcm (+2 persen) dan stripping ratio 6,8 (-10 persen).
Sejalan dengan penurunan pendapatan, laba kotor turun 14 persen menjadi USD222,7 juta. Namun, BUMI mencatat adanya kerugian lain-lain hingga USD12,8 juta. Dalam CALK 33, kerugian ini berasal dari penghapusan aset bersih dan penurunan nilai aset bersih.
Kerugian lain-lain ini menekan kinerja bottom line BUMI. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tersisa USD20,4 juta atau setara Rp334 miliar. Angka ini turun 76 persen dibandingkan semester I-2024 yang mencapai USD84,9 juta.
Saat ini, BUMI mencatat stok batu bara sebesar 2,7 juta ton. Perseroan optimistis dapat menjual 76-78 juta ton batu bara sepanjang 2025 dengan harga rata-rata jual batu bara diperkirakan antara USD60-USD62 per ton.
(Rahmat Fiansyah)