Harga minyak sawit mengikuti pergerakan minyak nabati pesaing karena bersaing dalam pasar global minyak nabati.
Harga minyak mentah bertahan kuat pada awal perdagangan Selasa di tengah penilaian pasar atas risiko serangan drone Ukraina ke fasilitas energi Rusia, meningkatnya ketegangan AS–Venezuela, serta ekspektasi beragam terhadap data persediaan bahan bakar AS.
Ringgit Malaysia, mata uang perdagangan CPO, melemah 0,1 persen terhadap dolar AS sehingga membuat kontrak lebih murah bagi pemegang mata uang asing.
Asosiasi minyak sawit terbesar di Indonesia, GAPKI, pada Senin menyatakan belum melihat dampak besar terhadap produksi setelah banjir melanda Sumatra.
Dari sisi permintaan, impor di India, pembeli terbesar dunia, diperkirakan naik menjadi 9,3 juta ton pada 2025-2026, dari 7,58 juta ton pada periode sebelumnya yang menjadi level terendah dalam lima tahun, didorong meningkatnya permintaan pangan dan harga yang lebih menarik.