IDXChannel - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatat peningkatan pendapatan sebesar USD1,1 miliar per Juni 2024 (naik 110,3 persen YoY). Capaian ini didorong oleh kenaikan harga emas dan lonjakan penjualan nikel.
Analis Saham Panin Sekuritas, Rizal Rafly menuturkan, perseroan membukukan kenaikan pendapatan menjadi USD553 juta pada kuartal II-2024 (naik 2,2 persen QoQ; naik 80,8 persen YoY), membawa total pendapatan sepanjang semester I-2024 menjadi USD1,1 miliar (naik 110,3 persen YoY).
"Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga jual emas menjadi USD2.182 per ons (naik 10,6 persen YoY) dan lonjakan volume penjualan NPI (283 persen YoY) dan nikel matte (meroket 796 persen YoY)," kata dia dalam risetnya, Jakarta, Jumat (11/10/2024).
EBITDA naik menjadi USD150 juta (naik 101,2 persen YoY). Sementara laba kuartal I-2024 mencapai USD3 juta, meskipun masih mencatat rugi bersih sebear USD13 juta per Juni ini.
Proyek TB Copper dan Pani Gold
Rizal memaparkan, pada Mei 2023, perseroan telah menyelesaikan pre-feasibility study (PFS) yang menunjukkan proyek TB Copper layak secara teknis dan ekonomi, di mana perseroan menargetkan pembangunan di 2025. Pengembangan fasilitas pengolahan akan dilakukan bertahap hingga mencapai produksi 24 juta ton per tahun.
"Pengembangan tambang bawah tanah akan dimulai dengan metode sub-level cave (SLC) dan nantinya beralih ke metode block cave yang lebih besar," ujarnya.
Saat ini, perseroan memiliki cadangan pada TB Copper sebesar 775 juta ton, dengan kadar tembaga 0,60 persen dan emas 0,66 gram per ton. Perseroan menargetkan produksi tembaga pertama kali pada TB Copper pada 2028 dengan total produksi sekitar 4 juta ton.
Perseroan akan menjual produk copper concentrate pada tambang TB Copper yang akan dijual di pasar domestik.
Selain itu, kata Rizal, perseroan ekspansi tambang emas melalui Pani Gold. Setelah semester I-2024, perseroan melalui anak perusahaannya, PT Pani Bersama Jaya (PBJ), berhasil mendapatkan kesepakatan pendanaan sebesar USD175 juta untuk pengembangan proyek Pani.
Pendanaan ini terdiri dari USD125 juta dalam bentuk ekuitas dan USD50 juta berupa pinjaman senior dari beberapa bank.
"Pendanaan tersebut akan mendukung pengembangan tambang terbuka yang akan menggunakan metode pemrosesan heap leach dengan kapasitas bijih 7 juta ton per tahun, menghasilkan sekitar 140 ribu ons emas setiap tahunnya," tuturnya.
Perseroan memiliki 70 persen kepemilikan pada proyek Pani, dengan total cadangan 6,9 juta ons emas. Perseroan menargetkan produksi emas pertama tambang Pani pada 2025, dengan menggunakan metode heap leach sampai dengan 10 tahun (peak production: 140 ribu ons emas per tahun).
Kemudian dengan tambahan dari metode CIL pada 2029 (peak production lebih dari 500 ribu ons emas). Perseroan akan maintain AISC pada level USD900 per ons pada tambang Pani.
Rizal menambahkan, pada semester I ini, MBMA meningkatkan kepemilikannya di PT ESG New Energy Material dari 55 persen menjadi 60 persen melalui PT Merdeka Industri Anantha (PT MIA) dalam pembangunan High Pressure Acid Leaching (HPAL_.
Hingga akhir semester I-2024, pemegang saham PT ESG telah menginvestasikan total USD330 juta dalam pembangunan proyek (USD180 juta ekuitas; USD150 juta pinjaman).
Proyek pembangunan PT ESG terus berjalan, dengan commissioning diperkirakan dimulai pada akhir 2024 dan proyek telah mencapai 81,4 persen penyelesaian pada akhir Agustus 2024.
"Dengan ekspansi HPAL, kemungkinan perseroan akan mendapatkan tambahan kapasitas 30 ribu ton per tahun pada 2025 dari stage 1 dan 2," kata Rizal.
Di sisi lain, MBMA juga melakukan JV dengan Tsingshan dalam membangun AIM plant di IMIP untuk memproduksi acid yang diperlukan untuk pemrosesan pada HPAL, di mana feedstock berasal dari pyrite dari tambang Wetar (secured selama sekira 20 tahun).
AIM plant akan beroperasi penuh pada akhir 2024, di mana acid pertama telah diproduksi dan didistribusi kepada pelanggan pada April lalu.
Harga Emas-Nikel Diproyeksi Cerah
Rizal mengatakan, langkah-langkah stimulus ekonomi China diperkirakan akan terus mendukung sentimen pasar sehingga dapat mendukung permintaan komoditas tembaga dan nikel.
Di sisi lain, daya tarik emas sebagai aset safe-haven terus didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
"Kami memperkirakan rata-rata harga tembaga berada di level USD4 per pon, serta untuk komoditas emas akan berada di level USD2.700 per ons di 2025," ujarnya.
Dalam jangka panjang, seiring percepatan transisi energi global dan meningkatnya permintaan nikel untuk teknologi energi bersih, harga nikel cenderung menguat.
"Kami memprediksi rata-rata harga nikel pada 2025 berada pada level USD18.000 per ton," kata Rizal.
Dengan dorongan ekspansi TB Copper dan dan Pani, smelter HPAL yang akan meningkatkan penjualan MHP, serta prospek positif harga komoditas, terutama tembaga, nikel, dan emas, Rizal merekomendasikan BUY pada saham MDKA.
"Kami merekomendasikan BUY pada MDKA dengan target harga di Rp3.300 (implied EV/EBITDA 7,9 kali di 2025)," katanya.
(Fiki Ariyanti)