Menurut Bureau de Recherches Géologiques et Minières, pada 2020, terdapat lebih dari 1.500 hak pertambangan di wilayah tersebut, ditambah tiga pabrik pengolahan. Namun, sektor ini sempat sangat terpukul oleh penurunan harga.
Meskipun permintaan meningkat di seluruh dunia, harga terdorong turun oleh pesatnya ekspansi produksi di Indonesia. Berkat dukungan finansial dari China Indonesia telah meningkatkan produksi nikelnya sepuluh kali lipat dalam satu dekade, mencapai 1,8 juta ton pada 2023, sementara produksi Kaledonia Baru telah mencapai batas tertinggi sebesar 230.000 ton.
Dengan situasi yang menantang ini, perusahaan pertambangan raksasa Glencore memutuskan untuk menjual sahamnya di pabrik Koniambo Nickel (KNS), sehingga menghentikan kompleks pertambangan metalurgi di Provinsi Utara.
Sementara untuk komoditas timah, Indonesia sebagai eksportir terbesar juga memicu kekhawatiran akan terbatasnya pasokan secara global. Ini karena penundaan perizinan berdampak besar pada pengiriman pada kuartal pertama tahun ini, yang diperburuk oleh kekhawatiran akan gangguan perizinan di masa depan pada sisa tahun ini.
Hal ini memperburuk kemunduran produksi sebelumnya, yang utamanya disebabkan oleh gangguan pertambangan di Negara Bagian Wa, Myanmar di tengah perang yang terjadi di negara tersebut.