sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Bergerak Stabil Saat Pasar Menanti Data Ekonomi AS

Market news editor Febrina Ratna
07/10/2022 12:50 WIB
Harga minyak bergerak stabil pada Jumat (7/10/2022) menjelang rilis data ekonomi utama Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, harga komoditas itu naik lebih dari 1%.
Harga Minyak Bergerak Stabil Saat Pasar Menanti Data Ekonomi AS. (Foto: MNC Media)
Harga Minyak Bergerak Stabil Saat Pasar Menanti Data Ekonomi AS. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga minyak bergerak stabil pada Jumat (7/10/2022) menjelang rilis data ekonomi utama Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, harga komoditas itu naik lebih dari 1% di sesi terakhir pada pemotongan target produksi OPEC+.

Minyak mentah berjangka Brent turun 11 sen menjadi USD94,31 per barel pada 0339 GMT. Minyak mentah berjangka WTI turun 5 sen menjadi USD88,40 per barel, setelah sebelumnya mencapai USD89,37 per barel, tertinggi sejak 14 September.

Dolar yang lebih kuat menambah tekanan pada harga minyak di tengah pembicara Federal Reserve (The Fed) yang hawkish menandakan kenaikan suku bunga yang agresif bakal berlanjut.

Pejabat Fed tidak menunjukkan niat untuk mundur dari kenaikan suku bunga paling agresif dalam beberapa dekade, dengan Gubernur Fed Lisa Cook, Presiden Fed Chicago Charles Evans dan Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari menekankan tidak akan mengubah kebijakan dalam pertarungan inflasi yang sedang berlangsung.

Pasar sangat memperhatikan laporan nonfarm payrolls AS yang akan dirilis pada hari Jumat, dengan para ekonom memperkirakan 250.000 pekerjaan telah ditambahkan bulan lalu, dibandingkan dengan 315.000 pada bulan Agustus.

Di sisi lain, harga minyak lebih rendah di Asia, yang tidak biasa setelah kenaikan besar menjelang akhir pekan. “Terutama terhadap kenaikan imbal hasil AS dan dolar yang lebih kuat memberikan downdraft dan memicu beberapa ambil untung pra-akhir pekan dan pra-nonfarm payroll," ujar Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management mengatakan dalam sebuah catatan.

Meski begitu, laju harga minyak utamanya didorong oleh pengumuman pengurangan produksi oleh OPEC+ sebanyak 2 juta barel per hari (bph). Itu merupakan pengurangan terbesar sejak 2020 dan datang menjelang embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia.

Keputusan itu akan menekan pasokan di pasar yang sudah ketat dan menambah inflasi. "Sentimen pasar sudah bearish untuk mengantisipasi melemahnya ekonomi global, dan keputusan ini akan semakin memperketat pasar," kata analis di ANZ Research dalam sebuah catatan.

Pengetatan kebijakan moneter dan pembatasan pergerakan terkait Covid yang sedang berlangsung di China menunjukan pertumbuhan permintaan global diperkirakan akan berada di bawah tekanan, tambah ANZ.

Presiden AS Joe Biden menyatakan kekecewaannya pada hari Kamis atas rencana OPEC+ dan dia dan para pejabat mengatakan Amerika Serikat sedang mencari semua alternatif yang mungkin untuk menjaga harga agar tidak naik.

Beberapa dari opsi tersebut termasuk melepaskan lebih banyak minyak dari Cadangan Minyak Strategis atau menjajaki pembatasan ekspor energi oleh perusahaan-perusahaan AS.

(FRI)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement