Meski begitu, laju harga minyak utamanya didorong oleh pengumuman pengurangan produksi oleh OPEC+ sebanyak 2 juta barel per hari (bph). Itu merupakan pengurangan terbesar sejak 2020 dan datang menjelang embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia.
Keputusan itu akan menekan pasokan di pasar yang sudah ketat dan menambah inflasi. "Sentimen pasar sudah bearish untuk mengantisipasi melemahnya ekonomi global, dan keputusan ini akan semakin memperketat pasar," kata analis di ANZ Research dalam sebuah catatan.
Pengetatan kebijakan moneter dan pembatasan pergerakan terkait Covid yang sedang berlangsung di China menunjukan pertumbuhan permintaan global diperkirakan akan berada di bawah tekanan, tambah ANZ.
Presiden AS Joe Biden menyatakan kekecewaannya pada hari Kamis atas rencana OPEC+ dan dia dan para pejabat mengatakan Amerika Serikat sedang mencari semua alternatif yang mungkin untuk menjaga harga agar tidak naik.
Beberapa dari opsi tersebut termasuk melepaskan lebih banyak minyak dari Cadangan Minyak Strategis atau menjajaki pembatasan ekspor energi oleh perusahaan-perusahaan AS.
(FRI)