Arab Saudi, eksportir minyak mentah terbesar dunia, mengumumkan pemangkasan harga untuk pengiriman Juli ke pasar Asia, hampir menyentuh titik harga terendah dalam dua bulan terakhir. Langkah ini menyusul keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi sebesar 411 ribu barel per hari mulai Juli.
Menurut sejumlah sumber, Arab Saudi tengah mendorong strategi yang dapat mengakhiri pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari secara bertahap antara Juni hingga Oktober. Tujuannya, tampaknya adalah merebut kembali pangsa pasar dengan mencegah produsen lain melampaui kuota produksi.
Di sisi ekonomi, data terbaru AS menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Sektor jasa, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, mengalami kontraksi pada Mei untuk pertama kalinya dalam hampir setahun.
Selain itu, klaim tunjangan pengangguran meningkat untuk minggu kedua berturut-turut, dengan Departemen Tenaga Kerja melaporkan peningkatan pengangguran baru untuk pekan yang berakhir pada 31 Mei. Perkembangan ini menunjukkan adanya tantangan terhadap permintaan minyak dalam negeri.
Investor kini menantikan laporan ketenagakerjaan nonpertanian AS untuk Mei, yang diperkirakan memengaruhi keputusan suku bunga The Federal Reserve di masa depan.
Sementara itu, risiko geopolitik di Timur Tengah dan pergeseran kebijakan energi global, seperti ekspansi energi terbarukan di wilayah Selat Taiwan, terus memengaruhi dinamika pasar jangka panjang.
Seiring berjalannya keseimbangan antara risiko geopolitik, diplomasi dagang, dan perubahan pasokan, pasar minyak kemungkinan akan tetap sensitif terhadap berita-berita global.
(NIA DEVIYANA)