IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) turun pada perdagangan Kamis (4/7/2024) seiring laporan terbaru data ekonomi Amerika Serikat (AS).
Minyak West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi 0,52 persen di level USD83,44 per barel dan Brent bergerak melemah 0,48 persen di level USD86,92 per barel pada pukul 09.17 WIB.
Pada sesi Rabu (3/7), harga minyak WTI ditutup menguat 0,98 persen di level USD83,62 per barel dan minyak Brent turun tipis 0,97 persen di level USD87 per barel.
Sebelumnya, harga minyak sempat terapresiasi di level tertinggi dua bulan pada pembukaan perdagangan sesi awal pekan.
Pada sesi Senin (1/7), harga minyak WTI ditutup terapresiasi 2,02 persen di level USD83,38 per barel. Sementara, minyak Brent ditutup naik 0,29 persen di level USD86,66 per barel.
Minyak mentah berjangka WTI turun terbebani oleh indikasi perekonomian AS sebagai negara konsumen minyak terbesar melambat di tengah lemahnya data ekonomi baru-baru ini.
Sektor jasa AS menyusut pada laju tercepat dalam empat tahun terakhir, sementara klaim pengangguran terus meningkat selama sembilan minggu berturut-turut, dan pembayaran gaji swasta pada Juni tumbuh pada tingkat yang lebih lambat.
PMI Jasa ISM di AS anjlok ke 48,8 pada Juni 2024, kontraksi paling tajam sejak April 2020. Pasar memperkirakan PMI Jasa ISM di level 52,5 setelah sebelumnya di posisi 53,8 pada Mei.
Indeks Aktivitas Bisnis juga turun, tercatat 49,6, kontraksi pertama sejak Mei 2020. Pesanan baru (47,3 vs 54,1) dan lapangan kerja (46,1 vs 47,1) menurun.
“Penurunan indeks komposit pada Juni disebabkan oleh penurunan aktivitas bisnis, kontraksi pesanan baru untuk kedua kalinya sejak Mei 2020, dan berlanjutnya kontraksi lapangan kerja. Responden survei melaporkan bahwa secara umum, kondisi bisnis tidak berubah atau melemah, dan meskipun inflasi menurun, beberapa komoditas mempunyai biaya yang jauh lebih tinggi,” kata Steve Miller, CPSM, CSCP, Ketua Institute for Supply Management.
Miller menambahkan para panelis mengindikasikan bahwa kinerja pengiriman pemasok yang lebih lambat terutama disebabkan oleh tantangan transportasi, bukan peningkatan permintaan.
Sebelumnya, PMI Manufaktur ISM AS secara tak terduga juga turun menjadi 48,5 pada Juni 2024 dari 48,7 pada Mei, di bawah perkiraan sebesar 49,1.
Sementara itu, data EIA menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun tajam sebesar 12,2 juta barel pada minggu terakhir Juni, menandai penurunan terbesar dalam setahun dan jauh melebihi perkiraan penurunan 0,9 juta barel.
Selain itu, Badai Beryl diperkirakan akan berubah menjadi badai tropis di Teluk Meksiko pada Jumat mendatang, sehingga mengancam aktivitas ekstraksi bagi produsen utama.
“Penurunan tingkat minyak mentah ini mungkin bisa menyelamatkan lebih banyak aksi jual setelah berita badai tersebut,” kata analis PVM Oil John Evans.
Para pedagang juga akan fokus pada permintaan bensin AS, yang diperkirakan akan meningkat seiring dengan dimulainya musim panas bersamaan dengan libur Hari Kemerdekaan.
American Automobile Association memperkirakan, perjalanan selama periode liburan 2024 akan meningkat 5,2 persen dibandingkan 2023.
Selain itu, konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas di Gaza juga mempertahankan tingginya risiko harga energi.
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga meningkatkan kekhawatiran mengenai pasokan minyak setelah adanya laporan bahwa Israel membunuh seorang komandan senior Hizbullah, yang mendorong Hizbullah untuk membalas di dekat perbatasan.
Menjaga sentimen tetap terkendali, data Reuters menunjukkan bahwa produksi minyak OPEC naik untuk bulan kedua berturut-turut pada Juni karena peningkatan produksi dari Nigeria dan Iran, melawan pengurangan pasokan sukarela oleh anggota lain dan aliansi OPEC+ yang lebih luas. (ADF)