Seperti diketahui, Brent dan WTI turun sekitar 2% pada Selasa lalu (8/2), karena Washington melanjutkan pembicaraan tidak langsung dengan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.
Kesepakatan semacam itu dapat mencabut sanksi AS terhadap pengiriman minyak Iran dan dengan cepat menambah pasokan ke pasar.
"Dengan negosiasi yang sedang berlangsung, harga minyak kemungkinan akan kehilangan tenaga pada minggu depan, meskipun ada lonjakan lebih tinggi yang kita lihat hari ini," jelas Teng.
Teng menilai apabila harga minyak masih stabil mendekati USD100 per barel, maka dimungkinkan bisa menarik lebih banyak produksi dari Amerika Serikat.
Badan Administrasi Informasi Energi AS memperkirakan produksi minyak mentah AS naik 770.000 barel per hari menjadi 11,97 juta barel per hari pada 2022.