"Kami melihat perlu strategi jangka pendek, seperti reformasi subsidi dan jangka menengah lainnya untuk membantu menekan defisit ini lebih jauh lagi," ungkapnya.
Sementara dari sisi investasi, target investasi hulu migas akan semakin sulit dicapai karena perusahaan migas dunia akan cenderung menahan diri serta adanya ketidakpastian permintaan minyak domestik.
"Untuk investasi sendiri, perusahaan migas akan cenderung wait and see menahan mengembangkan portofolio investasinya," imbuhnya.
Disisi lain, beberapa perusahaan migas swasta di Indonesia telah mengumumkan rencana investasi ke sektor energi baru terbarukan (EBT). Untuk itu, perlu dorongan lebih agar laju investasi dapat terakselerasi.
"Tren perusahaan migas internasional mulai bergerak ke energi baru terbarukan. Untuk mendorong mereka lebih berkecimpung di EBT, mungkin perlu menciptakan ekosistem yang mendukung investasi di EBT itu sendiri," tandasnya. (RAMA)