Namun, konflik ini terjadi di tengah permintaan minyak yang lemah akibat perlambatan ekonomi China, peningkatan pasokan, dan meningkatnya cadangan minyak AS.
Administrasi Informasi Energi (EIA) AS pada Rabu melaporkan, cadangan minyak AS pekan lalu naik 5,8 juta barel, jauh di atas perkiraan konsensus yang memperkirakan kenaikan dua juta barel menurut analis yang disurvei oleh Reuters.
"Fokus trader minyak tetap terpecah antara risiko lonjakan harga jika Israel menyerang infrastruktur energi Iran dan prospek permintaan yang lemah, seperti yang disorot dalam laporan bulanan terbaru EIA, yang menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan global untuk 2025 menjadi 1,2 juta barel per hari," kata Saxo Bank, dikutip MT Newswires, Kamis (10/1).
Kenaikan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada September juga dapat memengaruhi harga minyak pada Kamis.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan CPI naik 2,4 persen bulan lalu, turun dari 2,5 persen pada Agustus, tetapi lebih tinggi dari perkiraan konsensus sebesar 2,3 persen menurut Marketwatch.