Secara fundamental, harga minyak masih terpengaruh oleh sejumlah sentimen global. Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan pada Selasa kemarin (5/7) bahwa industri mereka kekurangan investasi selama bertahun-tahun. Menurutnya, kekurangan stok dapat diatasi apabila ada tambahan pasokan dari Iran dan Venezuela.
Di tempat lain, mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev juga memperingatkan bahwa proposal dari Jepang terkait pembatasan harga minyak Rusia akan menyebabkan persediaan minyak menjadi lebih sedikit di pasar dan mendorong harga di atas USD300-USD400 per barel.
Dari daratan Eropa, kabar terbaru pemogokan pekerja migas di Norwegia mulai menemui titik terang. Pemerintah Norwegia pada Selasa melakukan intervensi untuk mengakhiri pemogokan di sektor perminyakan yang telah memangkas produksi minyak dan gas. Langkah itu dinilai dapat mengakhiri kebuntuan produksi minyak yang berpotensi memperburuk krisis energi Eropa.
Kekhawatiran terkait resesi global masih membebani pasar. Sejumlah analis memperkirakan ekonomI AS yang telah menyusut dalam tiga bulan dari April hingga Juni, akan mengalami kontraksi di kuartal kedua tahun ini. Hal itu merupakan definisi dari resesi.
Beberapa bank sentral global mulai menaikkan suku bunga pada bulan Juni lalu. Inflasi yang masih berada di level tertingginya, laju pengetatan kebijakan sejumlah negara, diperkirakan tidak akan berhenti pada paruh kedua di 2022.
(DES)