Iran juga mengatakan kepada diplomat Arab bahwa mereka tidak peduli jika tanggapannya memicu perang, menurut orang-orang yang mengetahui percakapan tersebut.
Joe Maher, asisten ekonom di Capital Economics menilai, ieluasnya konflik masih menjadi risiko utama bagi harga minyak.
Maher menambahkan, peningkatan ketegangan lebih lanjut yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap pasokan minyak Iran akan menimbulkan risiko kenaikan harga yang besa.
Melansir dari MT Newswires, Jumat (2/8) lalu, minyak mentah sedang menghadapi momen pasar yang menghindari aset berisiko karena ekonomi AS melambat di tengah kekhawatiran bahwa pemotongan suku bunga bank sentral Federal Reserve (The Fed) yang diharapkan pada September akan datang terlambat untuk meningkatkan ekonomi.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada Jumat melaporkan bahwa Negeri Paman Sam tersebut hanya menambah 114.000 pekerjaan bulan lalu, jauh di bawah ekspektasi kenaikan 185.000, menurut Marketwatch, dan mendorong tingkat pengangguran naik menjadi 4,3 persen dari 4,1 persen.