Kinerja logam ini kehilangan lebih dari 40 persen nilainya di kedua bursa tersebut. Dengan sentimen bearish yang terus mendominasi pasar nikel Kelas-1, pelaku pasar memperkirakan penurunan pada 2024 akan terlihat “lebih moderat” dibandingkan 2023.
Meningkatnya pasokan adalah pendorong utama di balik tren penurunan pada 2023, karena terdapat sekitar 10.000 ton katoda nikel yang ditambahkan ke dalam kapasitas yang ada di China, menurut sumber industri yang disurvei oleh Fastmarkets.
Menurut para pelaku pasar, laju investasi terkait nikel juga diperkirakan akan melambat di Indonesia.
“Dari sudut pandang fundamental, meskipun kami memperkirakan surplus di pasar nikel pada 2024, surplus tersebut diperkirakan tidak sebesar surplus 2023. Hal ini menunjukkan perkembangan positif dalam hal laju perubahan,” kata analis Fastmarkets Boris Mikanikrezai. (ADF)