Macquarie mengatakan surplus pasokan nikel global telah berkurang dari 200.000 ton menjadi 158.000 ton sebagai akibat dari rendahnya produksi nikel pig iron di Indonesia.
Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi yang disebabkan oleh beberapa produsen dan berkurangnya ketersediaan bijih nikel.
Adapun potensi kapasitas Indonesia pada 2027 diprediksi bisa mencapai lebih dari 5 juta ton/tahun dibandingkan dengan produksi 2022 sebesar 1,45 juta ton dan output dunia sebesar 3,1 juta ton.
Hal ini berarti surplus masih berada dalam perkiraan dasar para analis untuk keseluruhan pasar nikel hingga 2027.
Sementara menurut lembaga Fastmarkets, nikel merupakan komoditas dengan kinerja terburuk di antara kompleks logam dasar di LME dan SHFE pada 2023.