Meningkatnya popularitas kecerdasan buatan (AI) dan besarnya kebutuhan energi industri juga diperkirakan akan meningkatkan permintaan tembaga. Tembaga memainkan peran penting dalam infrastruktur transmisi listrik.
“Kami tetap bullish pada tembaga karena tantangan pasokan yang terus-menerus memperlebar defisit kami pada 2024, yang tampaknya akan terus berlanjut hingga 2025. Penurunan permintaan dan narasi dari pusat data/AI juga akan meningkatkan partisipasi, dengan posisi beli yang meningkat,” tulis analis Morgan Stanley dalam sebuah catatan.
Diketahui China adalah importir tembaga terbesar di dunia, dan perekonomiannya diperkirakan akan pulih pada 2024 berkat dukungan stimulus berkelanjutan dari Beijing.
Skenario seperti ini diperkirakan akan meningkatkan selera negara terhadap tembaga, meskipun pelemahan di pasar properti mungkin membatasi permintaan tembaga.
Dilaporkan sebelumnya, Beijing mengumumkan akan membeli persediaan perumahan yang tidak terjual untuk membatasi gagal bayar bagi pengembang yang mengalami kesulitan, dan menambah stimulus infrastruktur melalui penerbitan utang jangka panjang yang baru. (ADF)