Selain itu, ketidakpastian ekonomi di China, konsumen tembaga terbesar di dunia, terus membebani pasar.
Beijing hingga kini belum memperkenalkan langkah stimulus baru untuk mendukung pertumbuhan ekonominya.
"Jika data ekonomi AS terus menunjukkan perbaikan dan ketegangan geopolitik semakin meningkat, dolar berpotensi terus menguat dan menekan harga tembaga lebih jauh," ujar Analis Huarong Rongda Futures, Li Kui, dikutip Dow Jones Newswires, Selasa (26/11).
Dia menambahkan, investor perlu memperhatikan risalah rapat FOMC yang dirilis Selasa untuk memahami langkah Federal Reserve (The Fed) berikutnya.
Sebelumnya, melansir dari Dow Jones Newswires (13 November 2024), Citi menurunkan estimasi harga tembaga jangka pendek, yakni dalam tiga bulan, menjadi USD8.500 per ton dari USD9.500 per ton. Penurunan ini didasarkan pada kekhawatiran tarif dan lemahnya stimulus dari China.