Penerbitan aturan peningkatan kuota produksi ini telah memicu kekhawatiran akan melimpahkan pasokan dan menghentikan reli kenaikan harga selama beberapa waktu terakhir.
“Tanda-tanda persetujuan yang lebih cepat dan pasokan yang lebih tinggi baru-baru ini meningkatkan permintaan yang didukung oleh produksi baja tahan karat yang lebih baik,” kata analis Hongyuan Futures.
Sebelumnya, pasar timah global diperkirakan akan berubah dari surplus 6.000 ton pada tahun sebelumnya menjadi defisit 5.000 ton pada 2024.
Dari sisi permintaan, peningkatan penjualan semikonduktor dan teknologi, khususnya AI dan chip otomotif, diperkirakan akan mendukung peningkatan tersebut.
Indonesia sendiri mencatat realisasi produksi dan pemanfaatan mineral tahun 2023 timah sebesar 67,6 ribu ton dari target tahun 2023 sebesar 70 ribu ton.