Saat ini, produksi nikel ore perusahaan mencapai 20,7 juta ton dan smelter perusahaan menyerap 15 juta ton. Sehingga semua produksi nikel ore diserap oleh smelter NCKL.
Roy menambahkan, perseroan telah melakukan ekspor nikel sulfat dan kobalt sulfat pada Juli 2023. Keduanya adalah turunan lebih lanjut dari nikel ore, mixed hydroxide precipitate (MHP) dengan kadar nikel sekitar 40% dan menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat.
Ditanya mengenai kecenderungan harga nikel yang terkoreksi turun karena terjadi booming nikel, Arman berkilah karena di 2022, banyak pemain yang masuk ke bisnis nikel.
Pada kesempatan itu, Roy menjelaskan, prospek nikel masih bagus karena para pemain kendaraan listrik yang menggunakan baterai berbahan baku nikel kini semakin banyak, terutama pabrikan dari China.
“Walaupun ada laporan Tesla, penjualannya menurun. Tapi produsen lain dari China malah meningkat penjualannya,” jelasnya.
Di sisi lain, Arman menjelaskan, Harita Nickel terus mendukung upaya transisi energi menuju energy yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya dibuktikan dengan program perusahaan yang sedang mengembangkan PLTS berkapasitas 300 MW.