Perseroan telah melakukan masa penawaran awal pada 12 Januari hingga 3 Februari 2023. Tanggal efektif diperkirakan akan didapat pada 15 Februari 2023, dan dilanjutkan dengan masa penawaran umum pada 17 Februari 2023. Kemudian, perkiraan tanggal penjatahan dilaksanakan pada 21 Februari 2023, tanggal distribusi saham diperkirakan akan digelar pada 22 Februari 2023.
Usai IPO, perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan tahun ini dapat mencapai 1,5 hingga 2 kali lipat dari tahun sebelumnya. Perseroan juga menargetkan laba bersih sebesar Rp700 miliar usai IPO.
Hersan menuturkan, keunikan posisi perseroan sebagai kontraktor tambang nikel dibanding kontraktor hasil tambang lainnya yakni, kinerja perseroan tidak akan terdampak oleh naik turunnya harga. Perseroan tetap diminta untuk berproduksi semaksimal mungkin, baik di saat tren harga nikel sedang turun maupun tren harga nikel sedang naik.
“Karena pertumbuhan kapasitas smelter nikel di Indonesia yang terus bertumbuh, membuat permintaan atas nikel ore terus bertumbuh juga" kata dia.
Menurutnya, bisnis nikel di Indonesia luar biasa efisien, sehingga prospek ke depannya sangat cerah, terutama dengan utilisasinya sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik. Ia menilai, kebijakan pemerintah Indonesia untuk hilirisasi produk nikel membuat biaya produksi hasil turunan nikel menjadi efisien dan industri nikel tetap bisa produksi walaupun tren sedang turun.
Lebih lanjut, jangkauan geografis Hillcon memungkinkan perseroan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya di lokasi yang beragam, dan memberikan Hillcon keunggulan kompetitif dalam memenangkan proyek di seluruh negeri.
Perseroan saat ini beroperasi di sejumlah lokasi, yaitu di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara. “Hal ini memungkinkan perseroan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di berbagai lokasi di seluruh Indonesia,” kata Hersan.
(FRI)