IDXChannel—Hingga 29 Desember, indeks saham kesehatan mencatatkan pertumbuhan sebesar 43,93 persen secara year to date. Dari puluhan emiten yang bergerak di industri kesehatan, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) mencatatkan kinerja terbaik.
Pada akhir perdagangan 2025, SRAJ mencatatkan pertumbuhan harga sebesar 599,15 persen. Harganya ditutup di level Rp16.500 per saham, pada awal Januari saham ini diperdagangkan di harga Rp2.360 per saham.
Dengan jumlah saham terdaftar mencapai 12,23 miliar dan harga pasarnya saat ini (30/12/2025), kapitalisasi pasar perusahaan pengelola jaringan RS Mayapada ini mencapai Rp201,94 triliun hingga akhir tahun, tertinggi di sektor kesehatan.
Salah satu sentimen positif yang menggerakkan pertumbuhan harga SRAJ adalah pembangunan RS Internasional Mayapada Apollo di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata dan Kesehatan Internasional Batam yang sudah dimulai.
Lalu emiten juga menggelar private placement (Penempatan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu/PMTHMETD) dengan menerbitkan 238,25 juta saham baru, setara 1,95 persen dari modal ditempatkan, dengan harga pelaksanaan Rp2.200 per saham.
Modal yang diperoleh dari private placement ini mencapai Rp524,16 miliar, digunakan untuk pembayaran utang kepada pemegang saham pengendali, yakni PT Surya Cipta Inti Cemerlang sesuai Perjanjian Pinjaman Seri E.
Juga untuk pembayaran sebagian saldo pinjaman perusahaan kepada SCIC sesuai Perjanjian Pinjaman Seri A. Pada posisi kedua, ada PT Multi Medika Internasional Tbk (MMIX) dengan pertumbuhan harga sebesar 279,66 persen.
Pada perdagangan Selasa 30 Desember 2025, MMIX ditutup di harga Rp224 per saham. Pada awal tahun, saham ini dijual di harga Rp59 per saham. MMIX keluar dari rentang harga di bawah Rp100 per saham pada Juli.
Emiten yang bergerak di industri kesehatan dan kecantikan ini juga membagikan saham bonus untuk penguatan struktur permodalan dan meningkatkan likuiditas. Lewat aksi korporasi ini, modal perseroan meningkat dari Rp60 miliar menjadi Rp120 miliar.
Jumlah saham bonus yang dibagikan mencapai 2,40 miliar di nilai Rp25 per saham dan rasio pembagian 1:1. MMIX juga mengembangkan bisnis berkelanjutan dengan memperluas portofolio produknya dari segmen kesehatan ke segmen fast-moving consumer goods (FMCG).
MMIX memiliki lisensi IP dan menyediakan sejumlah produk asal Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan. Perseroan juga membangun pabrik popok di Tangerang bersama NicePaper, produsen produk hygiene asal China.
Dengan jumlah saham terdaftar mencapai 4,80 miliar dan harga pasar Rp224 per saham, emiten ini mencatatkan kapitalisasi pasar sebesar Rp1,08 triliun.
Berikut ini adalah 10 saham kesehatan dengan kinerja harga tertinggi sepanjang 2025:
- SRAJ Rp16.500 per saham (+599,15 persen)
- MMIX Rp224 per saham (+279,66 persen)
- CARE Rp680 per saham (+257,89 persen)
- PYFA Rp476 per saham (+114,41 persen)
- SOHO Rp1.370 per saham (+112,40 persen)
- PEVE Rp550 per saham (+88,36 persen)
- SURI Rp91 per saham (+68,52 persen)
- HALO Rp89 per saham (+67,92 persen)
- PRIM Rp83 per saham (+43,10 persen)
- RSCH Rp410 per saham (+42,36 persen)
Kemudian inilah saham-saham lain di IDXHealth yang mencatatkan pertumbuhan harga secara year to date:
- MEDS Rp71 per saham (+42,00 persen)
- MDLA Rp264 per saham (+41,18 persen)
- PRAY Rp890 per saham (+36,92 persen)
- SAME Rp362 per saham (+36,09 persen)
- MTMH Rp1.170 per saham (+21,88 persen)
- IRRA Rp424 per saham (+16,00 persen)
- OMED Rp206 per saham (+11,96 persen)
- TSPC Rp2.850 per saham (+11,76 persen)
- DVLA Rp1.650 per saham (+3,13 persen)
- LABS Rp137 per saham (+1,48 persen)
Saham Kesehatan dengan Penurunan Harga dan Deretan IPO
Dari 38 saham kesehatan tercatat di bursa, 15 di antaranya mencatatkan penurunan harga dan tiga di antaranya tengah disuspensi. Yakni PT Indofarma Tbk (INAF), PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK), dan PT Organon Pharma Indonesia Tbk (SCPI).
Adapun penurunan harga terdalam terjadi pada PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH), saham emiten yang baru mencatatkan sahamnya pada Mei 2025 ini ditutup di harga Rp81 per saham, turun 54,49 persen sejak IPO-nya.
Disusul oleh PT Bundamedik Tbk (BMHS) yang mencatatkan penurunan harga sebesar 24 persen, hari ini BMHS ditutup di harga Rp190 per saham, pada awal tahun saham pengelola RSU Bunda ini berada di harga Rp250 per saham.
Berikut ini adalah daftar saham kesehatan dengan penurunan harga sepanjang tahun ini:
- DKHH Rp81 per saham (-54,49 persen)
- BMHS Rp190 per saham (-24,00 persen)
- KAEF Rp515 per saham (-18,90 persen)
- PRDA Rp2.300 per saham (-13,86 persen)
- OBAT Rp388 per saham (-11,01 persen)
- HEAL Rp1.375 per saham (-11,58 persen)
- KLBF Rp1.205 per saham (-10,07 persen)
- SILO Rp2.740 per saham (-9,87 persen)
- PEHA Rp300 per saham (-8,54 persen)
- SIDO Rp540 per saham (-7,69 persen)
- MIKA Rp2.380 per saham (-7,03 persen)
- CHEK Rp163 per saham (-5,23 persen)
- IKPM Rp224 per saham (-6,67 persen)
- DGNS Rp184 per saham (-6,60 persen)
- MERK Rp3.350 per saham (-6,42 persen)
Pada tahun ini, ada empat perusahaan kesehatan menggelar pencatatan perdana di Bursa Efek Indonesia. Emiten pertama adalah PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT) pada 13 Januari, hari ini saham OBAT ditutup di Rp388 per saham, turun 48 persen sejak IPO.
Kedua ada PT Medela Potentia Tbk (MDLA) yang IPO pada 15 April, pada perdagangan terakhir 2025 harga sahamnya di level Rp264 per saham, tumbuh 77,00 persen sejak pencatatan perdananya di bursa.
Ketiga ada PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) yang menggelar IPO pada 8 Mei, saat ini harga sahamnya dibanderol Rp81 per saham, turun 54,49 sejak pencatatan perdana dan menjadi saham kesehatan dengan penurunan tertinggi sepanjang tahun.
Perusahaan keempat adalah PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK) yang mencatatkan sahamnya pada 10 Juli. Pada perdagangan terakhir 2025, CHEK ditutup di harga Rp163 per saham, turun 5,23 persen sejak pencatatan perdananya.
(Nadya Kurnia)