sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG Berusaha Tahan Gejolak Trump, Analis Soroti Hal Ini

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
14/10/2025 08:10 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menembus rekor tertinggi baru (all-time high/ATH) sebelum akhirnya ditutup melemah pada Senin (13/10/2025).
IHSG Berusaha Tahan Gejolak Trump, Analis Soroti Hal Ini. (Foto: IDXChannel)
IHSG Berusaha Tahan Gejolak Trump, Analis Soroti Hal Ini. (Foto: IDXChannel)

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menembus rekor tertinggi baru (all-time high/ATH) sebelum akhirnya ditutup melemah pada Senin (13/10/2025), di tengah gejolak sentimen perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang sempat memanas namun kini mulai mereda.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,37 persen ke level 8.227,20 pada Senin. Sebanyak 467 saham mengalami penurunan, 248 saham menguat, dan 241 saham stagnan.

Sebenarnya, IHSG sempat menguat dan menembus rekor tertinggi baru di 8.288,28 pada awal perdagangan, sebelum tekanan jual kembali muncul dan menahan kenaikan indeks.

Founder WH Project William Hartanto menyoroti pergerakan IHSG yang masih cukup solid.

“Masih menguat dengan posisi candlestick IHSG di atas moving average 5 hari (MA-5), support 8.200 dan estimasi target akhir bulan 8.300,” ujarnya, Senin (13/10/2025).

Namun, ia mengingatkan pentingnya memperhatikan perilaku investor asing sebagai indikator utama.

“Perhatikan tekanan jual-beli investor asing saja. Apakah ada net sell besar sejak dimulainya sentimen Trump atau tidak,” tuturnya.

Menurut William, kondisi pasar memang fluktuatif, tetapi tren jangka menengah tetap perlu diperhitungkan.

“Di situ bisa diputuskan perlu khawatir atau malah santai aja. Gejolak pasti ada, tapi kesinambungan tren juga harus diperhatikan,” demikian katanya.

Pasar Cermati Trump

Pasar dunia menemukan pijakan lebih stabil pada Senin setelah sebelumnya bergejolak akibat ketegangan perang dagang AS-China, sementara harga emas mencetak rekor tertinggi baru, menandakan ketidakpastian masih tinggi.

Meskipun Presiden AS Donald Trump sempat mengancam tarif 100 persen terhadap China mulai 1 November dan Beijing menyiapkan langkah balasan, pada Minggu (12/10) ia terdengar lebih bersahabat, menyatakan semuanya akan baik-baik saja dan AS tidak ingin ‘menyakiti’ China.

Mengutip Reuters, saham Eropa dibuka menguat, sementara kontrak berjangka (futures) saham AS juga menguat meski perdagangan cenderung sepi akibat libur di Jepang dan AS.

Di Eropa, perhatian tertuju pada Prancis, di mana Perdana Menteri yang baru diangkat kembali, Sebastien Lecornu, menghadapi tekanan untuk menyepakati anggaran negara.

Sebagai tanda bahwa ketidakpastian global tetap tinggi, harga emas dunia mencetak rekor baru di atas USD4.000 per ons, sementara bursa saham Asia turun tajam.

“Stabilisasi pasar ini cukup menggembirakan,” kata kepala investasi di Wren Sterling, London, Rory McPherson, dikutip Reuters.

McPherson menambahkan, “Mengingat berbagai hal yang terjadi, seperti shutdown pemerintah AS dan gejolak politik di Prancis serta Jepang, pasar masih menunjukkan kekuatan. Koreksi kecil justru sehat.”

Beijing membela pembatasan ekspor unsur tanah jarang dan peralatan pada Minggu sebagai respons terhadap agresi AS, namun tidak memberlakukan tarif baru atas produk AS.

Ekonom utama Goldman Sachs, Jan Hatzius, mengatakan meski ia masih memperkirakan perpanjangan penangguhan tarif saat ini, perkembangan terbaru menunjukkan kemungkinan hasil yang lebih beragam kini terbuka. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement