sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG dan Rupiah Lesu Terseret Kinerja Manufaktur RI, AS, dan China 

Market news editor Wahyudi Aulia Siregar
02/08/2024 09:49 WIB
Indeks manufaktur Indonesia, Amerika, dan China mengalami tekanan sehingga memicu koreksi pada bursa Asia maupun IHSG dan Rupiah hari ini.
IHSG dan Rupiah Lesu Terseret Kinerja Manufaktur RI, AS, dan China (foto mnc media)
IHSG dan Rupiah Lesu Terseret Kinerja Manufaktur RI, AS, dan China (foto mnc media)

IDXChannel - Kontraksi yang terjadi pada data manufaktur dari Amerika Serikat dan China memberi tekanan bursa saham di Asia pada perdagangan akhir pekan ini (2/8). IHSG hari ini pun dibuka melemah di level 7.304.

Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin mengatakan, dengan besarnya tekanan yang terjadi pada bursa di Asia hari ini, IHSG berpeluang bergerak dalam rentang 7.230 hingga 7.310.

Bursa Nikkei Jepang diketahui jatuh 4 persen lebih, KOSPI Korea Selatan anjlok 2,5 persen lebih, Hang Seng Hong Kong turun lebih dari 1,5 persen, dan bursa Asia lainnya yang mengalami koreksi.

"Terpuruknya kinerja bursa Asia dan AS, tidak terlepas dari memburuknya kinerja ekonomi global dipicu oleh memburuknya sektor manufaktur AS dan China," kata Gunawan. 

Gunawan menyebut, Indonesia pun mengalami kontraksi pada manufakturnya. 

Sementara itu, pada perdagangan pagi ini, imbal hasil US Treasury anjlok di bawah 4 persen sehingga menjadi kabar buruk bagi kinerja USD. Untuk Rupiah hari ini tertekan di level Rp16.275 per USD 

"Rupiah berpeluang ditransaksikan dalam rentang Rp16.250 hingga Rp16.280 per USD," ujarnya.

Sedangkan harga emas terpantau bergerak stabil dengan kecenderungan menguat di kisaran level USD2.449 per ons troy.

Sekedar informasi, rilis data manufaktur di AS kurang positif, setelah The Fed Dallas mengumumkan indeks manufaktur turun ke -17,5 di Juli 2024 (Juni 2024 sebesar -15,1).

Pun dengan indeks manufaktur Indonesia. S&P Global merilis Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia untuk Juli 2024, yaitu sebesar 49,3. Angka ini turun dibandingkan Juni 2024 yang berada pada angka 50,7. 

Angka indeks di bawah 50 menunjukkan terjadinya kontraksi pada industri manufaktur sebuah negara.

Meskipun marginal, kontraksi pada PMI Manfaktur RI kali ini merupakan yang pertama kalinya sejak Agustus 2021, atau setelah 34 bulan berturut-turut mengalami ekspansi.

(Fiki Ariyanti)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement