"Di tengah aktivitas manufaktur membaik baik dari AS maupun China, PMI Manufaktur Indonesia justru turun ke 46,9 dari 47,4 di Mei. Permintaan baru turun tajam, terutama dari pasar domestik, menyebabkan penurunan output, pembelian bahan baku, dan ketenagakerjaan, dengan penurunan tenaga kerja terdalam dalam hampir empat tahun," kata Imam.
Turunnya aktivitas manufaktur di Indonesia tentunya tidak terlepas dari kondisi ekonomi global yang masih dibayangi oleh ketidakpastian, khususnya terkait kebijakan tarif Trump.
"Para eksekutif juga kemungkinan masih menunggu hasil negosiasi di tanggal 9 Juli nanti sebelum bertindak apakah harus ekspansif atau harus defensif," ujar Imam.
Melihat data lainnya, dalam hal ini inflasi, terlihat adanya perbaikan daya beli. Inflasi naik ke level 1,87 persen (yoy) dari Mei 2025 yang berada di angka 1,6 persen, serta berada di atas konsensus 1,83 persen.
"Naiknya inflasi ini dipengaruhi oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil inflasi 0,59 persen. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan," ujar Imam.