Pada pekan kemarin, Senat AS baru saja mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) terkait dengan pajak dan belanja yang diusulkan oleh Donald Trump. Objektif pada RUU ini adalah efisiensi pada program bantuan sosial, perpanjangan pemotongan pajak, peningkatan belanja militer dan imigrasi, serta menambah utang nasional sebesar USD3,3 triliun atau sekitar Rp53.000 triliun.
Dampak dari kebijakan ini adalah potensi peningkatan penerbitan surat utang AS (US Treasury) seiring dengan tambahan utang nasional sebesar USD3,3 triliun.
Hal tersebut dapat mendorong yield US Treasury naik, karena investor akan meminta imbal hasil lebih tinggi untuk membiayai defisit besar. Akibatnya, terdapat potensi investor asing cenderung menarik dana dari pasar negara berkembang (outflow).
Masih dari AS, beberapa data tenaga kerja AS tetap solid. Data Unemployment Rate turun ke 4,1 persen di Juni 2025, lebih rendah dari Mei yang ada di 4,2 persen. Nonfarm Payroll (NPF) juga naik 147 ribu di Juni 2025, lebih tinggi dari bulan sebelumnya di 144 ribu serta lebih tinggi dari konsensus 110 ribu.
Dengan solidnya data tenaga kerja AS, hal ini membuat probability pemangkasan suku bunga di bulan Juli 2025 turun tajam ke 4,7 persen, padahal di akhir Juni lalu masih berada di level 18,6 persen.