Menurut Imam, penurunan kinerja IHSG dipengaruhi oleh sentimen global dan juga domestik, seperti data PMI Manufaktur dari China, AS, dan Indonesia. China NBS Manufacturing PMI tercatat membaik dari bulan sebelumnya di level 47,5 ke level 49,7 di Juni 2025.
Variabel yang membuat PMI Manufaktur China membaik adalah naiknya "new order" ke 50,2 dari level kontraksinya di level 49,8. Selain itu, output juga naik ke 51 dari dibanding bulan sebelumnya 50,7 poin.
Aktivitas pembelian naik untuk pertama kalinya dari bulan Maret bahkan kembali ke level ekspansifnya. Meski begitu, mayoritas variabel lainnya masih berada di area kontraksi, namun terlihat adanya perbaikan aktivitas manufaktur setelah diadakannya pertemuan di London.
Imam menambahkan aktivitas manufaktur AS yang dicerminkan pada data ISM Manufacturing PMI juga mengalami perbaikan di beberapa komponen atau variabel. Misalnya, produksi naik signifikan ke 50,3 dari 45,4 di Mei, inventory membaik dari 46,7 ke 49,2.
Kedua variabel ini menggambarkan bahwa ada kemungkinan aktivitas impor dari China mulai membaik setelah negosiasi di London. Meski begitu, komponen lain misalnya dari demand atau new orders semakin terkontraksi ke level 46,4.