Sebelumnya, realisasi Foreign Direct Investment (FDI) China turun 20,40 persen year on year di Februari 2025, jauh lebih buruk dari penurunan 13,40 persen year on year di Januari 2025. Kondisi ini memvalidasi keputusan Pemerintah Tiongkok untuk mulai mengimplementasikan stimulus jumbo sejak kuartal IV tahun 2024.
“China berupaya memaksimalkan konsumsi domestik untuk menyerap produksi manufaktur dan jasa domestik China,” kata Valdy.
Sementara dari dalam negeri, pasar mengantisipasi data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) yang diperkirakan kembali surplus di Februari 2025. Hal ini diperkirakan karena penurunan impor dan penurunan pertumbuhan ekspor.
“Kondisi ini sejalan dengan perkiraan perlambatan konsumsi domestik di Februari 2025, jelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri di Maret-April 2025,” tutur Valdy.
Sejumlah saham yang direkomendasikan antara lain, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Indosat Tbk (ISAT), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
(kunthi fahmar sandy)