IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Selasa (18/3/2025) berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan melemah. Hal itu dipengaruhi neraca perdagangan Indonesia dan data properti Amerika Serikat (AS).
“Investor masih mencerna kembali data realisasi neraca perdagangan yang mengalami surplus USD3,1 miliar, sekaligus data properti AS yang akan dirilis hari ini,” tulis PT Korea Investment And Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (18/3/2025).
Lembaga tersebut pun memiliki dua saham yang patut dicermati oleh investor, yaitu PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).
CTRA
Primary trend dan secondary trend masih berada dalam downtrend sejak Maret 2024 dan Oktober 2024. Harga berada di area support pada 2022 dan berpotensi rebound menguji resistance terdekat.
Indikator RSI masih berfluktuatif dalam range 30-50 sejak awal 2025. Indikator MACD menunjukkan uptrend di area oversold sejak akhir 2024.
Entry1: 835
Entry 2: 820
Target Profit 1: 875
Target Profit 2: 895
Stop Loss : 800
LSIP
Primary Trend cenderung uptrend sejak awal 2024. Secondary trend masih berada dalam trend sideways sejak September 2024.
Harga cenderung reversal menguji support terdekat diikuti dengan kemungkinan terbentuknya death cross antara EMA 5 dan 10.
Indikator RSI menunjukkan pelemahan momentum dua hari terakhir. Sementara itu, indikator MACD mulai melandai di area overbought.
Support1: 1.055
Support2: : 1.020
Resistance1: 1.160
Resistance2: 1.200
Di sisi lain, rupiah kemungkinan masih akan berada dalam range Rp16.350-Rp16.460 per dolar AS di tengah ancaman risiko perlambatan ekonomi global dan resesi akibat tarif impor AS yang meluas.
Sementara itu, harga minyak naik pada Senin (17/3/2025), melanjutkan kenaikan setelah China mengumumkan rencana untuk meningkatkan konsumsi dan AS melancarkan serangan terhadap Houthi di Yaman.
Emas mendekati rekor tertinggi karena investor mencari aset aman di tengah ketidakpastian perdagangan dan ketegangan global. Harga tembaga juga meningkat, didorong oleh langkah-langkah stimulus ekonomi baru dari China yang memperkuat ekspektasi permintaan.
(Febrina Ratna Iskana)