IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan aksi jual pada Senin (27/10/2025) hingga turun 1,87 persen atau 154,57 poin ke level 8.117,15 saat penutupan.
Pada sesi siang, indeks komposit parkir di level 8.028 atau turun 2,94 persen dan sempat turun ke level 7.959,17.
Pelaku pasar terpicu sentimen dari wacana penyesuaian metodologi free float yang tengah dikaji oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI) khusus untuk pasar modal RI.
Sejumlah analis menilai, langkah tersebut berpotensi menurunkan bobot saham-saham utama Indonesia di indeks global.
Berdasarkan pengumuman, MSCI sedang melakukan kajian mengenai metode perhitungan free float saham Indonesia dengan menerima masukan dari pelaku pasar hingga 31 Desember 2025.
Hasil konsultasi akan diumumkan pada atau sebelum 30 Januari 2026, dengan implementasi dijadwalkan pada Mei 2026 bagi konstituen MSCI Investable Market Index (IMI).
Untuk emiten non-IMI, kebijakan baru akan mulai diterapkan secara bertahap hingga periode tersebut.
Dalam konsultasi tersebut, MSCI mengusulkan agar perhitungan free float ditentukan berdasarkan nilai terendah dari dua versi data, yaitu data kepemilikan yang dilaporkan emiten kepada otoritas, dan data dari Laporan Bulanan Registrasi Pemegang Efek dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Sedianya, data KSEI mencakup kepemilikan di bawah 5 persen dan mengklasifikasikan pemegang saham ke dalam kategori individu, korporasi, serta lainnya.
Stockbit Sekuritas menjelaskan, penggunaan data KSEI dapat memberikan gambaran lebih rinci terkait kepemilikan publik.
“Wacana ini belum pasti diberlakukan dan masih menunggu masukan dari pelaku pasar,” tulis Stockbit Sekuritas, Senin (27/10/2025)
Sejalan dengan itu, Kiwoom Sekuritas mencatat bahwa MSCI ingin memperketat dan memperjelas data free float Indonesia dengan menambahkan pendekatan berbasis KSEI.
"MSCI ingin membuat data free float Indonesia lebih ketat dan transparan, tapi efek sampingnya bisa membuat bobot beberapa saham Indonesia di indeks MSCI turun," kata Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, dalam risetnya, Senin (27/10/2025).
Lisa menjelaskan, beberapa jenis kepemilikan akan dikeluarkan dari kategori free float, seperti saham berbentuk fisik yang belum tersimpan digital di KSEI serta saham yang dimiliki perusahaan atau kelompok institusi.
Perubahan klasifikasi ini dinilai dapat menurunkan rasio free float sejumlah emiten, terutama yang memiliki porsi kepemilikan besar oleh perusahaan lain.
Penurunan bobot saham akibat revisi metodologi ini, kata Liza, berpotensi memicu penyesuaian portofolio dari investor asing yang mengikuti indeks MSCI.
Beberapa saham berkapitalisasi besar disebut berada dalam risiko penurunan bobot atau eksklusi, antara lain CUAN, ICBP, KLBF, dan INDF.
Liza juga menyoroti bahwa wacana ini muncul bertepatan dengan pembahasan di DPR mengenai peningkatan free float saham di Bursa Efek Indonesia. "Dengan timing yang terasa pas ini, somehow idea DPR jadi terdengar tepat," katanya.
(DESI ANGRIANI)