Sementara itu, sambung dia, rilis data ekonomi di China masih lemah. Consumer price index (CPI) mengalami deflasi 0,8% di periode Januari 24, lebih buruk dari ekspektasi, penurunan paling tajam sejak September 2009. Untuk producer price index (PPI) juga turun 2,5%, penurunan selama 16 bulan berturut-turut.
Di sisi lain, Nico memaparkan, pertumbuhan ekonomi domestik masih sesuai dengan ekspektasi. Di kuartal IV-2023, perekonomian Indonesia tumbuh 0,45% QoQ; atau tumbuh 5,04% YoY didorong oleh sektor transportasi dan storage.
"Rilis data lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) juga meningkat signifikan 18,1% YoY, yang didorong oleh aktivitas persiapan pemilu. Namun patut dicermati, perlambatan konsumsi, secara tahunan di 4,82% pada 2023 (2022: tumbuh 4,94% YoY) disebabkan oleh penurunan penjualan mobil, serta turunnya trafik transportasi udara," terangnya.
Sementara itu, pertumbuhan belanja pemerintah positif di 2023 sebesar 2,95%, yang didorong oleh persiapan pemilu, serta bantuan rumah tangga untuk El-Nino. Sebagai informasi, bahwa Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 4,7-5,5% di 2024.
Sektor Saham yang Masih Seksi dan Suram di Maret 2024
Nico memproyeksikan sektor perbankan, telekomunikasi dan konsumsi menjadi pilihan. IHSG bergerak positif di Februari 2024 (tumbuh 2,2% MoM) disebabkan oleh rilis data pertumbuhan ekonomi domestik yang in-line, tren positif masuknya dana asing, serta valuasi yang masih atraktif.
Lebih jauh katanya, IDXTECH tertekan paling dalam (-10,2% MoM) seiring potensi kebijakan moneter yang masih akan ketat, serta valuasi yang turun signifikan untuk e-commerce. Asal tahu, secara NTM EV atau revenue, Sea saat ini di 9,5x (Januari 2021: 9,5x) dan Alibaba 4,8x (Januari 2021: 4,8x).
Sektor yang positif adalah IDXINFR (naik 4,4% MoM) didorong oleh sektor telekomunikasi (meningkatnya ARPU) dan JSMR (rencana divestasi JTTR).